Penggunaan Integral Lipat Dua

1. Titik Berat / Pusat Massa
Ingat kembali bahwa Momen adalah hasil kali massa m dan jarak berarah dari suatu titik tertentu, dengan konsep yang sama jika suatu sistem yang terdiri dari n massa, yaitu m1m2, ..., mn yang masing-masing ditempatkan di (x1y1), (x2y2), ..., (xnyn) pada bidang, maka momen total terhadap sumbu Y dan sumbu X berturut-turut diberikan oleh:
Lebih lanjut, pusat massa (titik keseimbangan) sistem adalah titik (x, y) dengan:
Sekarang perhatikan suatu lamina, yaitu suatu pelat yang sangat tipis sehingga dapat dianggap sebagai berdimensi dua. Misalkan lamina itu mencakup daerah S di bidang XOY dengan kerapatan (massa per satuan luas) dinyatakan oleh δ(x, y), maka massa lamina adalah
dan pusat massa dari lamina adalah
Contoh:
Sebuah lamina dengan densitasnya δ(x, y) = xy dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8, dan kurva y³ = x². Tentukan pusat massanya!
Massa totalnya adalah:
Momen total terhadap sumbu y adalah:
Momen total terhadap sumbu x adalah:
Titik beratnya adalah:
x = (12288/13)/(768/5) = 80/13,    y = (1024/3)/(768/5) = 20/9
Jadi, titik beratnya adalah (80/13, 20/9)

2. Momen Inersia
Momen inersia, yang dilambangkan dengan I, adalah hasil kali antara massa (m) dengan kuadrat jarak (r²) dari sumbu rotasi. Secara matematis, dapat ditulis:
I = mr²
Jika kita memiliki sebuah sistem yang terdiri dari n partikel pada bidang yang sama, dengan masing-masing partikel memiliki massa m1m2, ..., mn dan jarak ke sumbu rotasi L adalah r1r2, ..., rn, maka momen inersia total sistem terhadap sumbu L dapat dihitung dengan rumus:
Untuk lamina dengan kerapatan δ(x, y) yang mencakup daerah S dari bidang XOY, maka momen inersia lamina terhadap sumbu-sumbu X, Y dan Z berturut-turut diberikan oleh:
Contoh:
Sebuah lamina dengan densitasnya δ(x, y) = xy dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8, dan kurva y³ = x². Tentukan momen inersia terhadap masing-masing sumbu koordinat!
Momen inersia terhadap sumbu x adalah:
Momen inersia terhadap sumbu y adalah:
Momen inersia terhadap sumbu z adalah:
Iz = Ix + Iy = 6144/7 + 6144 = 49152/7.

3. Jari-Jari Girasi
Pertimbangkan masalah mengganti suatu sistem massa umum dengan massa total m menjadi satu titik massa m yang memiliki momen inersia I yang sama terhadap garis L. Seberapa jauh titik ini harus dari L? Jawabannya adalah r̄, di mana mr̄² = I. Angka
r̄ = √(I/m)
disebut jari-jari girasi dari sistem. Dengan demikian, energi kinetik sistem yang berotasi terhadap L dengan kecepatan sudut ω adalah
KE = ½.m.r̄².ω²

4. Luas Permukaan

Misalkan G adalah permukaan di atas daerah tertutup dan terbatas S pada bidang XOY. Asumsikan bahwa f memiliki turunan parsial pertama yang kontinu fx dan fy. Kita mulai dengan membuat partisi P dari daerah S dengan garis-garis sejajar dengan sumbu x dan y. Misalkan Rm, m = 1, 2, ..., n, menyatakan persegi panjang yang dihasilkan yang terletak sepenuhnya di dalam S. Untuk setiap m, misalkan Gm adalah bagian dari permukaan yang memproyeksikan ke Rm.
Misalkan Pm adalah titik pada G yang memproyeksikan ke sudut Rm dengan koordinat x dan y terkecil. Terakhir, misalkan Tm adalah jajargenjang dari bidang singgung di Pm yang memproyeksikan ke Rm.
Selanjutnya, kita akan mencari luas jajargenjang Tm, yang proyeksi-nya adalah Rm. Misalkan vektor um dan vm membentuk sisi-sisi dari Tm. Maka:
um = Δxm.i + fx(xm, ym).Δxm.k 
vm = Δym.j + fy(xm, ym).Δym.k 
Ingat kembali bahwa luas jajargenjang Tm adalah ‖um × vm‖, di mana:
Sehingga luas jajargenjang Tm adalah:
Untuk mendapatkan luas sebenarnya dari permukaan, buat partisi yang dilimitkan menuju tak hingga partisi, sehingga ukuran masing-masing partisi menuju nol.
Lebih ringkas dituliskan:
Contoh:
1. Jika S adalah persegi panjang pada bidang XOY yang dibatasi oleh garis x = 0, x = 1, y = 0 dan y = 2, cari luas dari bagian dari permukaan z = √(4 − x²) yang diproyeksikan ke S.
Misal 𝑥 = 2.sin⁡(𝑡) → 𝑑𝑥 = 2.cos(⁡𝑡) 𝑑𝑡, 𝑡 = arcsin(½x)
x = 0 → t = arcsin(0) = 0
x = 1 → t = arcsin(½) = π/6
2. Cari luas permukaan z = x² + y² dibawah permukaan z = 9
f(x, y) = x² + y², fx(x, y) = 2x, fy(x, y) = 2y.
S = {(x, y): x² + y² < 9} = {(r, θ): 0 < r < 3, 0 < θ < 2π}
Misal u = 4r² + 1, du = 8r dr, ⅛du = r dr
r = 0 → u = 4.0² + 1 = 1
r = 3 → u = 4.3² + 1 = 37

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

2024: Aritmatika Jilid XII

2025: ONMIPA (Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)