Penyajian Geometris dan Bentuk Eksponen Bilangan Kompleks

1. Interpretasi Geometris Bilangan Kompleks
• Bilangan kompleks z = x + iy biasa diasosiasikan dengan suatu titik di bidang yang memiliki koordinat (x, y).
• Jika digunakan untuk tujuan menampilkan bilangan z = x + iy, bidang-xy disebut bidang kompleks atau bidang-z.
• Sumbu-x disebut sumbu riil dan sumbu-y disebut sumbu imajiner.
• Bilangan z juga dapat difikirkan sebagai ruas garis berarah atau vektor dari titik asal ke titik (x, y).

2. Konsep-Konsep Dasar Bilangan Kompleks
A. Penjumlahan
Sesuai dengan definisi penjumlahan dari dua bilangan kompleks z₁ = (x₁, y₁) dan z₂ = (x₂, y₂), bilangan z₁ + z₂ berkaitan dengan titik yang koordinatnya (x₁ + x₂, y₁ + y₂) atau vektor dengan komponen tersebut dan z₁ + z₂ dapat diperoleh secara vektorial.
B. Pengurangan
Pengurangan z₁ – z₂ = z + (–z₂) berkaitan dengan titik yang koordinatnya (x₁ – x₂, y₁ – y₂) atau vektor dengan komponen tersebut. z₁ – z₂ juga dapat diperoleh secara vektorial.
Jarak antara titik z₁ = x₁ + iy₁ dan z₂ = x₂ + iy₂ dapat dilihat sebagai panjang vektor yang merepresentasikan z₁ – z₂ yakni |z₁ – z₂|.
C. Nilai Mutlak
Secara geometri |z| adalah jarak antara titik asal dengan titik (x, y) atau panjang vektor yang mewakili z. Jika z bilangan riil positif maka |z| = z. Ketaksamaan z₁ < z₂ berarti z₁ dan z₂ adalah bilangan riil, |z₁| < |z₂| berarti jarak z₁ ke titik asal lebih dekat daripada jarak z₂ ke titik asal. Diperoleh hasil:
Nilai mutlak suatu bilangan kompleks sama dengan panjang vektor yang menyajikan bilangan kompleks itu.
D. Konjugat
Konjugat kompleks atau disingkat konjugat dari bilangan kompleks z = x + iy didefinisikan sebagai bilangan kompleks z̄ = x – iy dan dinyatakan z̄, yakni z̄ = x – iy.
Secara geometris bilangan kompleks z adalah titik (x, –y) yang merupakan refleksi terhadap sumbu riil dari titik (x, y) yang merepresentasikan z.

3. Bentuk Polar Bilangan Kompleks
A. Bentuk Polar

Misal r dan θ koordinat polar dari titik (x, y) yang berkaitan dengan bilangan kompleks z = x + iy.
z dapat dinyatakan dalam bentuk polar z = r(cos θ + i sin θ).
Jika z = 0 maka θ tidak didefinisikan, sehingga sembarang bilangan kompleks yang ditulis dalam bentuk polar dipahami sebagai tak nol. Pada analisis kompleks, bilangan riil r tidak diperbolehkan negatif, r = |z| menunjukkan panjang vektor yang mewakili z. Bilangan riil θ mewakili sudut, yang diukur dalam radian, yang dibentuk z dengan sumbu riil positif jika z dipandang sebagai vektor.
θ memiliki tak berhingga banyaknya nilai yang mungkin, termasuk bilangan riil negatif, berbeda dalam kelipatan 2π. Nilai tersebut dapat dicari dengan tan θ = y/x, di mana kuadran yang memuat titik z harus diperhatikan.
Setiap nilai dari θ disebut argumen dari z dan dinotasikan dengan arg(z). Nilai utama dari arg(z), dinotasikan dengan Arg(z) adalah nilai argumen θ, dengan –π < θ ≤ π, jadi arg(z) = Arg(z) + 2nπ (n = 0, ±1, ±2, ...).
Bentuk polar r·[cos(θ) + i·sin(θ)] biasa disingkat menjadi r·cis(θ).
B. Sifat-Sifat Argumen
1. Argumen konjugat
Misal z = r·cis(θ) = r·[cos(θ) + i·sin(θ)], konjugatnya adalah
z̄ = r·[cos(θ) – i·sin(θ)] = r·[cos(–θ) + i·sin(–θ)] = r·cis(–θ)
Jadi, diperoleh z̄ = r·cis(–θ) dan arg(z̄) = –arg(z).
2. Argumen perkalian
Misal z₁ = r₁·cis(θ₁) dan z₂ = r₂·cis(θ₂), hasil kalinya adalah
z₁·z₂ = r₁·r₂·cis(θ₁)·cis(θ₂) = r₁·r₂·[cos(θ₁) + i·sin(θ₁)]·[cos(θ₂) + i·sin(θ₂)] 
= r₁·r₂·[cos(θ₁)·cos(θ₂) – sin(θ₁)·sin(θ₂) + i·(cos(θ₁)·sin(θ₂) + sin(θ₁)·cos(θ₂))]
= r₁·r₂·[cos(θ₁ + θ₂) + i·sin(θ₁ + θ₂)] = r₁·r₂·cis(θ₁ + θ₂)
Jadi, diperoleh z₁·z₂ = r₁·r₂·cis(θ₁ + θ₂) dan arg(z₁·z₂) = arg(z₁) + arg(z₂).
Secara geometris, z₁·z₂ direpresentasikan sebagai vektor dengan panjang r₁·r₂ dan sudutnya terhadap sumbu riil positif adalah sebesar θ₁ + θ₂.
3. Argumen pembagian
Misal z₁ = r₁·cis(θ₁) dan z₂ = r₂·cis(θ₂), hasil baginya adalah
Jadi, diperoleh z₁/z₂ = (r₁/r₂)·cis(θ₁ – θ₂) dan arg(z₁/z₂) = arg(z₁) – arg(z₂).
Secara geometris, z₁/z₂ direpresentasikan sebagai vektor dengan panjang r₁/r₂ dan sudutnya terhadap sumbu riil positif adalah sebesar θ₁ – θ₂.
C. Dalil De Moivre
Ingat kembali perkalian bilangan kompleks, dimana misal z₁ = r₁·cis(θ₁) dan z₂ = r₂·cis(θ₂), hasil kalinya adalah z₁·z₂ = r₁·r₂·cis(θ₁ + θ₂), kita dapat mengembangkannya menjadi:
z₁·z₂···zₙ = r₁·r₂···rₙ·cis(θ₁ + θ₂ + ... + θₙ)
Untuk kasus khusus dimana z₁ = z₂ = ... = zₙ, berlaku
zⁿ = rⁿ·cis(nθ) = rⁿ·[cos(nθ) + i·sin(nθ)]
Bentuk terakhir ini disebut sebagai Dalil De Moivre. Pada uraian ini kita baru mengetahui berlakunya Dalil De Moivre untuk n bilangan cacah, selanjutnya pada pembahasan tentang rumus Euler kita akan mengetahui berlakunya Dalil De Moivre untuk n bilangan real, bahkan bilangan kompleks.

4. Bentuk Eksponensial Bilangan Kompleks dan Rumus Euler
A. Bentuk Eksponen dan Rumus Euler
Selain bentuk standar z = a + bi dan bentuk polar z = r.cis(θ), kita juga dapat menyatakan bilangan kompleks dalam bentuk eksponen.
Leonhard Euler merumuskan:
e = cos(θ) + i.sin(θ) = cis(θ)
Sehingga bilangan kompleks dalam bentuk eksponen adalah z = r.e 
Apabila kita pangkatkan dengan n, akan menjadi:
zn = (r.e)n 
= rn.einθ 
= rn.cis(nθ)
Terbentuklah dalil De Moivre, dengan mempertimbangkan bahwa rumus Euler berlaku untuk semua pangkat bilangan kompleks, kita memperoleh bahwa dalil De Moivre berlaku untuk semua n bilangan kompleks.
B. Operasi Bilangan Kompleks dalam Bentuk Eksponen
Misal z1 = r1.e1 dan z2 = r2.e2, berikut ini operasinya:
• Perkalian
z1z2 =  r1.r2.ei(θ1 + θ2) 
• Pembagian
z1/z2 =  (r1/r2).ei(θ1 – θ2) 
• Invers
z–1 = 1/z = (1/r).(e–iθ)

Contoh Soal
1. Tunjukkan bahwa |z – 1| = |z + i| menyatakan garis melalui titik pusat dengan kemiringan –1
Misal z = a + bi, persamaannya menjadi
|a + bi – 1| = |a + bi + i|
|(a – 1) + bi| = |a + (b + 1)i|
|(a – 1) + bi|² = |a + (b + 1)i|²
(a – 1)² + b² = a + (b + 1)²
– 2a + 1 + = + + 2b + 1 
–2a = 2b
–a = b
Persamaan garis pada bidang kompleks ini menyatakan garis melalui titik pusat dengan kemiringan –1.

2. Buktikan bahwa jika |z| ≤ 1 maka |Re(2 + z̄ + z³)| ≤ 4
Diberikan |z| ≤ 1, menurut ketaksamaan segitiga
|Re(2 + z̄ + z³)| ≤ |2 + z̄ + z³| ≤ |2| + |z̄| + |z³| ≤ 2 + 1 + 1 = 4

3. Buktikan bahwa |z| = 2 maka |1/(z⁴ – 4z² + 3)| ≤ ⅓
Diberikan |z| = 2, menurut ketaksamaan segitiga
|z⁴ – 4z² + 3| = |(z² – 2)² – 1| ≥ |(z² – 2)²| – 1 = |z² – 2|² – 1 ≥ (|z²| – 2)² – 1 = (|z|² – 2)² – 1 = (2² – 2)² – 1
= 2² – 1 = 3
Perhatikan 0 < 3 ≤ |z⁴ – 4z² + 3|, bagi masing-masing ruas dengan 3·|z⁴ – 4z² + 3|
0 < 1/|z⁴ – 4z² + 3| ≤ ⅓
|1/(z⁴ – 4z² + 3)| ≤ ⅓

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

2025: ONMIPA (Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)

Jarak Antara Dua Garis