Muqodimah Uji Hipotesis

Misalkan seorang petani melakukan suatu eksperimen untuk melihat pupuk A atau B yang paling baik untuk pertumbuhan suatu tanaman X.
▪ Penelitian 1 menyatakan bahwa pupuk A dapat menumbuhkan tanaman X dengan kecepatan 4cm per pekan setelah diberikan pupuk.
▪ Penelitian 2 menyatakan bahwa pupuk B dapat menumbuhkan tanaman X dengan kecepatan 2cm per pekan setelah diberikan pupuk.
Dengan menggunakan teori, referensi, dan hasil penelitian yang relevan, petani tersebut menduga bahwa pupuk A lebih baik dari pupuk B untuk menumbuhkan tanaman X.

1. Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik
Hipotesis merupakan pernyataan statistik tentang parameter populasi, dimana statistik adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel, dan parameter adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi.
A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Deskriptif dalam penelitian menunjukkan tingkat eksplanasi tentang variabel mandiri. Asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk dilakukan pengecekan. Asumsi atau dugaan tersebut didasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir tertentu.
B. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik merupakan pernyataan statistik tentang parameter populasi. Deskriptif dalam statistik adalah penelitian yang didasarkan pada populasi.
• Suatu asersi (assertion) atau dugaan (conjecture) atau taksiran mengenai satu atau lebih populasi.
• Pernyataan atau dugaan mengenai ukuran (misal rerata, varians) dari satu atau lebih populasi untuk menduga nilai parameter.
Ilustrasi:
Asumsi berdasar kajian teori dengan indikator kecepatan pertumbuhan tanaman, diduga bahwa pupuk A lebih baik daripada pupuk B, lalu dilakukan uji hipotesis.
Secara prosedur, pupuk A diberikan kepada ladang A sebagai populasi pertama, sehingga diperoleh rata-rata pertumbuhan tanaman di ladang A (dilambangkan 𝜇A).
Pupuk B diberikan kepada ladang B sebagai populasi kedua, sehingga diperoleh rata-rata pertumbuhan tanaman di ladang B (dilambangkan 𝜇B).
Hipotesis statistiknya adalah 𝜇A > 𝜇B, yang akan diuji benar atau tidak melalui uji hipotesis.

2. Konsep Pengujian Statistik
Kebenaran hipotesis yang diterima tidak mutlak 100%, kecuali penelitian dilakukan terhadap seluruh anggota populasi. Hipotesis diterima kebenarannya ketika diuji pada data sampel (penarikan sampel representatif sangat penting perannya). Cara menguji hipotesis untuk populasi tetapi menggunakan data sampel merupakan peranan uji statistik inferensial.
• Pengujian hipotesis merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan suatu keputusan menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter yang telah disusun.
• Uji statistik dilakukan jika akan melakukan inferensi dari sampel ke populasi, uji statistik tidak dilakukan jika peneliti tidak mengambil sampel, artinya peneliti mengamati seluruh anggota populasi.

3. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif
Hipotesis statistik dibagi menjadi hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
❑ Hipotesis Nol (Null Hypothesis)
Hipotesis nol, dilambangkan H0 atau HO, adalah hipotesis yang menyatakan tidak terdapat perbedaan atau tidak terdapat korelasi. Diartikan sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik atau tidak adanya perbedaan antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Selain tidak ada perbedaan, bisa berarti tidak ada hubungan, tidak ada pengaruh, tidak signifikan.
❑ Hipotesis Alternatif (Alternative Hypothesis)
Hipotesis alternatif, dilambangkan H1 atau HA, adalah lawan dari hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan atau terdapat korelasi. Dalam perumusan hipotesis, H0 dan H1 selalu berpasangan. Apabila satu ditolak yang satunya akan tegas menerima.

4. Rumusan Hipotesis
A. Hipotesis Deskriptif
Dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri dan tidak membuat perbandingan maupun hubungan.
Contoh : Suatu perusahaan makanan cepat saji harus mengikuti ketentuan bahwa salah satu unsur kimia yang hanya boleh dicampurkan paling banyak sebesar 1%.
Hipotesis 
H0 : 𝜇 ≤ 0,01
H1 : 𝜇 > 0,01
B. Hipotesis Komparatif
Pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
Apakah ada perbedaan daya tahan laptop SNSV dan D4?
Hipotesis
Tidak terdapat perbedaan daya tahan laptop
H0 : 𝜇1 = 𝜇2 
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 
Daya tahan laptop D4 lebih tinggi dari SNSV
H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 
H1 : 𝜇1 > 𝜇2 
Daya tahan laptop SNSV lebih tinggi dari D4
H0 : 𝜇1 ≥ 𝜇2 
H1 : 𝜇1 < 𝜇2 
C. Hipotesis Asosiatif
Pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh : Apakah ada hubungan antara gaya lukisan dengan merk cat warna?
Hipotesis :
H0 : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
Misal rumusan hipotesis untuk membandingkan rata-rata:
Keputusan Uji :
H0 ditolak (tidak diterima) yang berakibat H1 tidak tertolak (diterima); atau
H0 tidak tertolak (diterima) yang berakibat H1 ditolak (tidak diterima).

5. Tipe Kesalahan
Kesimpulan uji statistik dapat saja salah jika dikonfrontasikan pada seluruh anggota populasi. Ini berarti:
• H0 yang ditolak pada uji statistik, dapat saja diterima pada populasi, sehingga H0 tersebut benar.
• H0 yang diterima pada uji statistik, dapat saja ditolak pada populasi, sehingga H0 tersebut salah.
Terdapat Dua Macam Kesalahan :
❑Kesalahan tipe I : Menolak H0 yang seharusnya diterima.
Peluang terjadi kesalahan tipe I dinyatakan sebagai 𝛼 (taraf/tingkat signifikansi)
❑Kesalahan tipe II : Menerima H0 yang seharusnya ditolak.
Peluang terjadi kesalahan tipe II dinyatakan sebagai 𝛽.
• Peluang terjadi kesalahan tipe I yaitu 𝛼 (taraf signifikan) dan peluang terjadi kesalahan tipe II yaitu 𝛽. Kuantitas (1 − 𝛼) disebut tingkat kepercayaan (konfidensi) dan kuantitas (1 − 𝛽) disebut kekuatan atau daya (power) uji hipotesis, yang pada pengujian diharapkan nilai 𝛼 dan 𝛽 kecil.
• Dalam pengujian harus ditentukan terlebih dahulu nilai 𝛼, tetapi tidak terdapat pedoman khusus.
1. Untuk penelitian yang sensitif (seperti kedokteran) digunakan 𝛼 = 1% yang berarti dengan mengambil 𝛼 sebesar 1%, Peneliti melakukan kesalahan tipe I paling banyak sekali dalam 100 eksperimen yang sama. Sehinga jika dalam pengujian hipotesis, H0 ditolak (H1 diterima), maka diharapkan H1 di populasi juga benar dengan peluang benar 99%.
2. Untuk penelitian sosial sains (seperti pendidikan) diguankan 𝛼 = 5% (melakukan kesalahan tipe I paling banyak sekali dalam 20 eksperimen yang sama tidak menjadi masalah).
Sifat dari Kesalahan Tipe I dan Tipe II
1. Kesalahan tipe I dan II saling terkait, yaitu memperkecil nilai 𝛼 akan memperbesar nilai 𝛽 dan sebaliknya.
2. Ukuran tingkat signifikansi, yaitu 𝛼, dapat selalu diperkecil dengan menyesuaikan nilai kritisnya.
3. Menaikan ukuran sampel akan memperkecil nilai 𝛼 maupun 𝛽.
Umumnya kesalahan tipe II, yaitu 𝛽, dirumuskan:
𝛽 = P(zmax) − P(zmin)

6. Estimasi
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel.
• Point estimate
    Penaksiran parameter populasi berdasarkan satu titik
    contoh : kemampuan kerja karyawan Big Fernard 10 jam
• Interval estimate
    Penaksiran parameter populasi berdasarkan interval data sampel
    contoh : kemampuan kerja karyawan Big Fernard antara 8 sampai 12 jam
• Menaksir parameter menggunakan nilai tunggal akan mempunyai resiko kesalahan lebih tinggi dibanding dengan menggunakan interval. Semakin besar rentangnya, semakin kecil tingkat kesalahan. Namun jika ditarik kesimpulan pada data real, kemungkinan data tepat sesuai lebih sedikit.
• Untuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang yang berbentuk persentase. Dalam penelitian biasanya menggunakan derajat kesalahan 5% atau 1%. Suatu hipotesis terbukti mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100 sampel yang diambil dari populasi yang sama, maka terdapat satu kesimpulan salah yang dilakukan untuk populasi.

7. Taraf Signifikansi
Level signifikan adalah patokan tentang kapan peneliti menolak H0.
Besarnya peluang terjadinya error tipe I atau peluang melakukan error tipe I disebut level/taraf signifikansi dan diberi simbol α yang dinyatakan dalam proporsi atau persentase, sedangkan harga (1 − 𝛼) disebut taraf kepercayaan (confidence interval).
Dua poin dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan level signifikan, yaitu:
1. Apabila nilai probabilitas H0 bernilai lebih kecil atau sama dengan level signifikan, maka peneliti menolak H0.
2. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari level signifikan, maka H0 diterima.
Dalam kasus khusus, nilai α yang biasa digunakan adalah 5% = 0,05 atau 1% = 0,01. 𝛼 = 5% berarti kira-kira 5 dari setiap 100 kesimpulan bahwa kita menolak hipotesis yang seharusnya diterima, ini berarti kira-kira 95% kita yakin bahwa kita telah membuat kesimpulan yang benar.

8. Daerah Kritis (Daerah Penolakan H0)
A. Tanpa Ilustrasi
• Nilai 𝛼 yang dikaitkan dengan grafik fungsi densitas merupakan luas daerah di bawah kurva, di atas sumbu mendatar, dan dibatasi oleh garis tegak yang melewati sebuah titik (misal titik 𝑧 = 𝑧0 jika fungsinya distribusi normal standar). Nilai 𝑧0 disebut nilai kritis.
• Hipotesis tipe dua pihak, daerah yang luasnya sama dengan 𝛼 terbagi menjadi dua daerah kritis yang sama luas, dengan masing-masing di ujung kanan dan kiri luasnya ½𝛼.
• Hipotesis tipe satu pihak, daerah kritis yang luasnya sama dengan 𝛼 terletak di ujung kanan (hipotesis pihak kanan) atau daerah kritis yang luasnya sama dengan 𝛼 terletak di ujung kiri (hipotesis pihak kiri).
B. Dengan Ilustrasi
1. Jika H1 mempunyai perumusan tidak sama dengan (≠), terdapat dua daerah penolakan (Daerah Kritis) pada masing-masing ujung distribusi, dengan luas daerah penolakan adalah ½𝛼, sehingga disebut uji hipotesis dua pihak.
2. Jika H1 mempunyai perumusan lebih besar (>), daerah penolakan (Daerah Kritis) terletak di ujung kanan distribusi, dengan luas daerah penolakan adalah 𝛼, sehingga disebut uji hipotesis satu pihak, yaitu pihak kanan.
3. Jika H1 mempunyai perumusan lebih kecil (<), daerah penolakan (Daerah Kritis) terletak di ujung kiri distribusi, dengan luas daerah penolakan adalah 𝛼, sehingga disebut uji hipotesis satu pihak, yaitu pihak kiri.

9. Prosedur Uji Hipotesis
A. Rumuskan Hipotesis (H0 dan H1)
B. Tentukan Taraf Signifkansi (𝛼)
C. Pilih Statistik Uji
D. Hitung Nilai Statistik Uji
E. Tentukan Nilai Kritis dan Daerah Kritis Berdasar 𝛼, didasarkan pada statistik uji yang  digunakan.
F. Tentukan Keputusan Uji H0, Didasarkan pada nilai statistik uji berada di daerah kritis atau tidak.
G. Tarik Kesimpulan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

2025: ONMIPA (Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)

2024: Aritmatika Jilid XII